Pages
Pemberitahuan
Per 2011, saya juga aktif menulis di JurnalAkuntansiKeuangan.com yang di launch baru-baru ini, meskipun tak cukup sering.
Jun 30, 2008
Lean Accounting & Lean Manufacturing

Jun 29, 2008
Apakah Kita Siap Adopsi IFRS?
Perubahan Lingkungan Pelaporan Keuangan
Technology informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan secara dramatis, mengurangi batasan jarak fisik dan mampu membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia hanya dengan sekali pencet tombol (enter) dari sebuah computer di tengah perkebunan di desa terpencil. Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasnya para investor tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Amerika bisa dengan mudah ber-investasi di Eropa atau di Singapore atau bahkan di Indonesia, and vice versa.
“Information is the lifeblood of the capital markets” kata Sam DiPiazza dan Bob Eccles (PricewaterhouseCoopers CEO) pada bukunya: Building Public Trust.
Ke-efektif-an pasar dunia ini tergantung pada ke—tepat waktu—an dari informasi keuangan yang transparan, dapat dibandingkan dan relevan. Bukan hanya investor dan analyst yang membutuhkan informasi seperti ini, melainkan juga dibutuhkan oleh stakeholder lainnya (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia credit, bahkan pemerintah). Mereka (stakeholders) di jaman globalisasi ini bukan hanya sekedar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan (jika bisa mungkin dari semua perusahaan) dari seluruh belahan dunia, untuk tujuan benchmarking, membandingkan antar industry vertical maupun horizontal. Benchmarking adalah sangat crucial jika mau competitive dalam global business di masa sekarang ini. Jika tidak, maka akan tergilas.
Pertanyaannya adalah bagimana kebutuhan ini bisa terpenuhi jika perusahaan-perusahaan masih memakai tata cara, bentuk dan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda?, Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB.
Itulah kira-kira yang melatar belakangi gaungnya adopsi IFRS belakangan ini.
Keuntungan (kelebihan) jika mengadopsi IFRS
Membuat perubahan ke IFRS, artinya anda sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan (business) anda bisa dimengerti oleh global market (pasar dunia). Thus, jika kinerja perusahaan anda memang memiliki nilai jual yang pantas, maka poptensi trade yang dihasilkan logikanya akan lebih bagus dibandingkan ketika perusahaan anda belum mengadopsi IFRS dalam pembuatan laporan keuangannya. The big-5 accounting firm mostly mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang significant dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia (global).
PricewaterhouseCoopers dalam publikasinya “Making A change To IFRS” yang baru saja saya baca, mengatakan:
“Financial reporting that is not easily understood by global users is unlikely to bring new business or capital to a company. This is why so many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by their governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also allows multinational groups to apply common accounting across their subsidiaries, which can improve internal communications, and the quality of management reporting and group decision-making. At the same time, IFRS can ease acquisitions and divestments through greater certainty and consistency of accounting interpretation. In increasingly competitive markets, IFRS allows companies to benchmark themselves against their peers worldwide, and allows investors and others to compare the company’s performance with competitors globally. Those companies that do not make themselves comparable (or can’t, because national laws stand in the way) will be at a disadvantage and their ability to attract capital and create value going forward will be undermined”
Apakah berubah dan mengikuti IFRS a Big Deal?
Jika anda bermaksud atau sedang berusaha beralih ke IFRS, saya ucapkan goodluck, anda bukanlah sekedar berganti aturan akuntansi (accounting rules) semata. IFRS adalah sebuah “System Pengukuran Kinerja Baru”, a new primary GAAP yang harus di umumkan kepada semua pihak di perusahaan (organisasi) anda. Beralih ke IFRS artinya anda akan atau sedang “pola pikir pegawai accounting/keuangan dan bagian lain di perusahaan anda dalam bekerja. Ini akan membutuhkan “decesive shift” dalam “strategic management” perusahaan (organisasi) anda.
PricewaterhouseCoopers:
"Transition often affects many areas, including:
[-]. Product viability
[-]. Capital Instruments
[-]. Derivatives and hedging
[-]. Employee benefits
The list goes on: fair valuations, capital allocation, leasing, segment reporting, revenue recognition, impairment reviews, deferred taxation, cash flows, disclosures, borrowing arrangements and banking covenants".
So kesimpulannya: beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan anda, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua element di dalam perusahaan.
IFRS Vs GAAP; Principles—based Vs Rules
“Although there has been much conjecture about the need to teach IFRS as a "principles-based" system versus teaching U.S. GAAP as a "rules-based" system, this may be more jargon than anything. In a 2003 Sarbanes-Oxley-mandated study, the sec said neither U.S. GAAP nor IFRS can be described as one or the other. Both have aspects of each” (Susan Schott Karr, Financial Executive; Morristown).
Sementara itu Munter dari KPMG mengatakan: “the distinction between IFRS and U.S. GAAP has more to do with industry guidance (IFRS has none) and application guidance (U.S. GAAP has more)”, seperti di lansir oleh wordsuite .com.
Tantangan Dari Corporate ke Campus
Bagi pengusaha pada umumnya, yang menjadi bahan pertimbangan apakah akan beralih ke IFRS atau tidak adalah “Apakah implementasi IFRS akan menghasilan incremental benefit atau tidak?”. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan yang sudah go international, atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia dan Russia dan beberapa Middle East countries, tentu sudah tidak punya pilihan lain selain “mau tidak mau harus mulai berusaha menerapkan IFRS” dalam pelaporan keuangannya jika masih mau berpartner dengan mereka..
Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari GAAP (atau PSAK atau lainnya) ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi “kompetensi wajib-baru” bagi para pekerja accounting.
Saya sendiri sudah melihat faktanya, sudah begitu banyak e-mail masuk dari pengunjung blog ini yang menanyakan, apakah saya mempunyai buku ketentuan-ketentuan IFRS. Rekan-rekan yang bekerja di representative office atau subsidiary perusahaan asing mulai dituntut untuk mengetahui dan bisa membuat laporan keuangan ber-standard IFRS. Mereka begitu desparately untuk dapat mempelajari ketentuan IFRS, sampai mereka rela untuk membeli e-book khusus aturan IFRS, sebuah tuntutan yang lebih mendesak dari apapun untuk saat ini. Penguasaan ketentuan IFRS adalah the only tool yang bisa menyelamatkan career-nya yang terancam.
Ketika saya mulai membuka category “Accounting Job Vacancies” di blog saya yang baru “Accounting, Financial, Taxation (baru)“ sudah ada perusahaan yang mensyaratkan “IFRS capability”. Wow! Mungkin saya yang ketinggalan dalam hal ini. Itulah yang mendorong saya untuk mendedikasikan waktu akhir pekan saya kemarin untuk khusus mengumpulkan informasi perkembangan IFRS. MULAI SEKARANG DAN SETERUSNYA, ANDA BISA MEMBACA KETENTUAN-KETENTUAN IFRS BESERTA PENJELASANNYA, PASAL DEMI PASAL (chapters), serta segala update-nya di blog saya yang baru: Accounting, Financial, Taxation.
Okay, sepertinya rekan-rekan yang sedang giat-giatnya, berusaha keras untuk mengumpulan informasi, mau tidak mau harus ikut mengikuti workshop-workshop atau courses atau ceminar yang diselenggarakan oleh “the big 5 accounting firms”, termasuk membeli buku maupun e-book IFRS. Tidak ada cara lain, karena memang itulah satu-satunya short-cut yang tersedia saat ini untuk cepat bisa memahami dan menguasai ketentuan IFRS.
The next questions are:
[1]. Apakah calon-calon “accountancy bachelor degree” di Indonesia yang akan graduate setiap tahun, yang jumlahnya mungkin mencapai puluhan ribu per tahun ini harus mengikuti jejak pendahulunya, yaitu harus berusaha keras compliance dengan IFRS setelah bekerja? Atau;
[2]. Apakah kalangan akademisi accounting kita di Indonesia (guru SMEA, dosen dan guru besar akuntansi) sudah siap mengganti: kurikulum, buku literature, syllabi dan bahan/alat ajar accounting lainnya?
[3]. Apakah para penyelenggara: accounting short-course, computer akuntansi, pendalaman profesi akuntansi (PPAk), penyelenggara USAP siap akan perubahan ini?
Michael Cangemi (President dan CEO dari FEI) mengatakan dalam tulisannya di “March issue “ mengatakan: "This means that all of the GAAP books you own, everything you learned in college and in your entire career will change", semua buku mengenai GAAP yang anda miliki beserta segala sesuatu yang anda pelajari di sekolah dan career akan berubah.
“Major accounting schools - the Universities of Texas, Illinois and Wisconsin - will teach IFRS”, kata Larry Rittenberg, Ph.D., Ernst & Young professor, University of Wisconsin. Hampir semua universitas yang menyelenggarakan jurusan akuntansi di semua negara bagian amerika serikat telah memiliki kelas khusus IFRS, katanya, seperti di lansir oleh Financial executive online.
Dari sebuah blog yang sangat ramai di U.S. sana, tetapi saya lupa mencatat nama blognya, saya membaca satu komentar yang lumayan menggelitik. Kalau tidak salah bunyinya seperti ini:
”Mengubah accounting curriculum bukanlah pekerjaan mudah, menyangkut banyak aspect. Apakah anda pikir para decision maker curriculum yang nota bena-nya adalah para guru besar accounting yang sebentar lagi sudah akan memasuki masa retired (pensiun) akan bersedia menunda masa pensiunnya hingga universitas sepenuhnya IFRS ready? No way, bahkan mungkin mereka akan memilih mempercepat masa pensiunnya! :P”.
Ada salah satu komentator lain menanggapi seperti ini: ”Saya seorang dosen akuntansi dari negara bagian Maryland, kebetulan saya seorang guru besar, setahu saya, kami para dosen bukanlah orang yang berpikiran sempit, kami siap menunda masa pensiun, begitu kami mendapat statement resmi dari bahwa FASB, SEC dan ICPA akan mengikuti IFRS”. Rupanya kalangan akademisi di United State masih ”wait and see” sikap resmi dari institusi yang mereka anggap sebagai kiblat. Tetapi setidaknya mereka siap untuk menunda masa pensiun untuk kepentingan generasi penerus mereka.
Bagaimana dengan bapak-ibu dosen, guru besar, para tetua akuntansi, the so-called ”embahnya auditor”, para penyelenggara Pendalaman Profesi Akuntansi, penyelenggara USAP, di Indonesia yang terhormat? Apakah ada yang belum sempat membaca ketentuan-ketentuan IFRS? Apakah anda pernah berpikiran untuk pelan-pelan mulai mengganti bahan ajar akuntansi kita menjadi berbasis IFRS-principles walaupun mungkin masih memakai GAAP-rules sedikit-sedikit? :-)
By the way, kabar burungnya: sampai saat ujian CPA yang diselenggarakan periode tarakhir, ICPA sama sekali tidak mensyaratkan ”IFRS capability”. Hmmm.....Bagaimana dengan USAP 2008 yang akan di selenggarakan awal july ini? Bagi rekan-rekan yang kebetulan ikut, mohon saya diberikan bocorannya. Terimaksih sebelumnya.
Conclusions: Berpindah dari “GAAP” ke “International Financial Reporting Standards” akan berdampak besar terhadap cara berpikir kita dalam memahami akuntansi. Mulai dari university, accounting course hingga corporate level, hendaknya dilihat sebagai tantangan bersama bagi kita semua (para pegiat accounting dan para akademisi).
Seperti saya yang sudah sekian lama berusaha keras belajar “berbahasa jawa (karena memang saya terlahir tidak berbahasa jawa)” hingga saya benar-benar bisa, tetapi tiba-tiba sekarang saya harus belajar "bahasa Sunda". Ya, sama-sama bahasa jawa memang, yang satu bahasa “Jawa” yang satunya lagi bahasa “Jawa Barat (sunda)”. Namun, mereka (bahasa Jawa vs bahasa Sunda) sangat berbeda dalam idioms, intonasi termasuk cara pengucapannya :). “It needs time”, itu sebenarnya yang ingin saya katakan :)
Next is last sub-topic……………
What is FASB and SEC Status Recently, Are They Ready?
“According to CFO.com coverage of a Webcast hosted by the FASB earlier this week, the board is working to pare down the number of projects on its plate and then speed up those that remain in order to facilitate the Securities and Exchange Commission’s “acceleration of convergence” of the two sets of standards. Since the move to convergence began, emphasis has shifted from reconciling the standards to dropping U.S. GAAP altogether in favor of IFRS” (Lora Bentley, ITBusinessEdge.com on June 26, 2008 at 1:58 pm).
Sementara June 27’ 2008 saya menerima berita dari google alert. AccountancyAge dalam “Date for IFRS in the US Two Years Away” melansir:
Jun 26, 2008
Tips: Memilih Software/System Accounting
Jun 25, 2008
Pengendalian: Kebijakan Kredit (Credit Policy)

Jun 23, 2008
Perlakuan : Diskon, Retur Penjualan, Garansi
Ada 2 jenis discount yang biasa diberikan kepada customers, yaitu: Trade Discount/Rebate (Potongan Dagang/Rabat) dan Sales (Cash) Discount (Potongan Penjualan). Banyak diantara kita yang masih mixed-up mengenai kedua jenis discount ini.
Sebagai gambaran singkat:
Sebagian besar retailer memasang publish price di catalog atau brosurnya, harga sesungguhnya diberikan pada saat realisasi penjualan terjadi. Lalu bagaimana pencatatannya? Ini adalah issue yang jamak terjadi dalam dunia perdagangan.
Pada payment term (i.e: 2/10;N/30), perusahaan selaku penjual juga menawarkan discount lain sebagai perangsang bagi pelanggan untuk melakukan pembayaran lebih cepat. Bagimana prosedurnya, bagaimana keterkaitannya dengan discount yang telah diberikan pada saat konfirmasi pembelian terjadi. This is another issue, masalah kedua yang perlu kita ketahui.
Sales Return (Retur Penjualan).
Dalam setiap penjualan, selalu ada kemungkinan barang kembli (retur), entah karena barang cacat atau karena tidak memenuhi spesifikasi pesanan. Bagaimana penanganan retur dilakukan? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPN? Bagaimana pengaruhnya terhadap revenue dan account receivable (piutang)? Ini adalah masalah berikutnya yang dibahas dalam topic ini.
Sebagai strategy usaha dagang yang terakhir, “after sales service (layanan purna jual)” berupa garansi (warranty) adalah sudah menjadi keharusan yang tidak tertulis dalam praktek perdagangan dewasa ini. Menjadi salah satu pertimbangan penting dalam penentuan keputusan pembelian bagi pelanggan (customer).
Teram and Condition dari garansi (warranty) bisa bermacam-macam, misalnya:
[-]. Penggantian dengan barang baru
[-]. Penggantian Spare-part
[-]. Service (repair)
Bagi penjual yang menyediakan warranty, ini adalah pengeluaran-pengeluaran nyata, artinya memang benar-benar suatu pengeluaran, akan tetapi di sisi lainnya, pengeluaran ini tidak diikuti oleh sales event (kejadian penjualan). Tidak bisa disandingkan, bukan? Bagimana penanganannya?
Semua topic di atas saya bahas di satu posting khusus, yaitu : Accounting Treatment : Discount, Sales Return and Warranty di Accounting, Financial, Taxation yang baru. Bagi yang berminat dengan masalah-masalah diskon (potongan harga), retur (pengembalian barang) dan garansi (jaminan), bisa dibaca di sana. Jangan lupa register dahulu di ruang member. Have a nice day!

Jun 22, 2008
Account Receivable (Akuntansi Piutang) -2nd
But what is next? Apakah cukup hanya perlakuan yang benar saja?.

Jun 19, 2008
PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG (AR)
Yang menjadi concern kita di accounting tentu sisi adminstratif-nya (perlakuannya). Mulai dari cara menentukan besarnya piutang (measuring), pengakuan (recognizing), pengelompokan (classifying) dan pelporannya (reporting/disclosure).
Sedangkan bagi mereka yang berada di bagian keuangan (financial) atau yang mengendalikan kedua-duanya, maka penentuan a syncronized credit policy with sales force, sekaligus meminimalisasi piutang tak tertagih (bad debt) adalah tugas utama yang hanya akan terlaksana dengan baik jika didukung oleh administrasi yang akurat dan tepat waktu.
Kita akan mulai bahas topic ini satu persatu…..mudah-mudahan saya berkesempatan (bisa atur schedule) agar bisa mempostingnya secara lengkap mulai dari administrative-nya (accounting treatment), credit policy, account receivable control (pengendalian piutang), hingga how to deal with bad debitor, bagaimana menghadapi penghutang yang susah ditagih, dengan mengedepankan professionalisme yang akan tetap menjaga citra perusahaan di waktu yang sama.
Saya akan mulai dengan “how to classify receivables” bagaimana mengklasifikasikan piutang (yang pada prakteknya menurut saya masih rada simpang siur).
Sering kita mengalami keraguan dalam mengelompokkan piutang. Banyak istilah yang terkadang tumpang tindih dan cenderung tidak beraturan, terutama di perusahaan-perusahaan baru yang system-nya belum tersusun dengan baik. Bisa dimengerti, karena usaha kecil (terlebih-lebih yang baru merintis) sudah pasti mengarahkan semua focus dan sumberdayanya untuk business development development, sedangkan sisi administrative masih di perioritas setelahnya, karena keterbatasan sumberdaya manusianya (sebagai konsekwensi dari capital yang kecil juga tentunya).
Sering kita melihat neraca yang mengandung dua jenis piutang: Piutang Dagang dan Piutang Usaha. Apa beda antara kedua jenis piutang ini? Apakah pengelompokkan ini sudah baik?
Kadang ada juga yang melaporkan adanya unsur Piutang Wesel (Notes Receiavble) di Neraca. Jenis piutang apa itu? Apa bedanya dengan jenis piutang yang lainnya?
Tidak jarang juga kita menemukan laporan keuangan (dalam hal ini mereca/balance sheet) yang tidak membedakan jenis-jenis piutang ini secara terpisah, melainkan disebutkan menjadi satu saja yaitu: Account Receivable (AR) atau Piutang saja. Mengapa?
Baca selengkapnya di…[[Account Receivable – Perlakuan Akuntansi Piutang]]
Berapa besarnya piutang yang dilaporkan?, bagaimana jika piutang sulit ditagih atau bahkan gagal ditagih? Kapan suatu piutang dinyatakan sebagai piutang tak tertagih (bad debt)? Apa antisipasinya? Apa itu cadangan kerugian piutang (doubtful receivable allowance) dan bagaimana menentukan besarnya? Bagaimana membersihkannya? Bagaimana prosedur penghapusan piutang (writte-off)?, kapan suatu account receivable boleh di writte-off? How to control (melakukan pengendalian) receivable? Ikuti kelanjutan serie ini, jadilah member di: Accounting, Financial, Taxation yang baru.
Jun 17, 2008
Lowongan Accounting & Accounting Treatment
Silahkan baca detailnya di: Accounting Staff for Textile & Automobil, jangan lupa register dahulu di ruang member.
Oh ya, program 3A juga sudah mulai published, sudah ada beberapa topic yang dilempar ke floor, untuk didiskusikan (Accounting treatment: Reimbursment dan Accounting Treatment, tax & legal untuk Usaha Kontraktor) . Ini bukan acara main-main yang tidak penting samasekali. Tetapi tujuannya sama seperti program-program lain yang selama ini di adakan disini, yaitu pembelajaran accounting, perpajakan dan export import. Pergunakan kesempatan ini untuk memecahkan masalah anda, dapatkan jawaban, pendapat, opini dari rekan-rekan member yang lain di Accounting, Financial, Taxation yang baru.

Jun 15, 2008
System Pengendalian Gaji


Pengakuan Pendapatan - Revenue Recognition
Jun 10, 2008
ANALISA KWALITAS PENJUALAN
Saat penutupan buku, sering bagian penjualan menanyakan ke accounting: “berapa penjualan kita bulan ini?” Obviously mereka ingin tahu berapa besarnya penjualan, dan string (maksud lain) di balik pertanyaan ini bisa bermacam-macam:
[1]. Berapa komisi saya bulan ini (mungkin ini paling penting)
[2]. Berapa incentive saya bulan ini (jika menerima gaji+incentive)
Untuk pertanyaan ini, tentu jawabannya sangat mudah, bukan? Sekali lagi, obviously yang ditanyakan adalah berapa total penjualan bulan ini. Dan jawabannya, anda tinggal melihat buku besar penjualan, atau melihat rekening penjualan (sales) di income statement.
Misalnya:
Penjualan = Rp 100,000,000
Comission = 5% x 100,000,000 = 5,000,000
Lalu dengan cepat anda memberikan jawaban :
”Penjualan total = Rp 100,000,000 dan komisi anda Rp 5,000,000 (potong pajak)”
Jika angka komisinya lumayan besar, tentu si penanya akan tersenyum puas, tetapi jika angka komisinya relatif kecil, mungkin si penanya akan bertanya lebih jauh lagi: ”koq kecil ya?, memangnya bagaimana hitung-hitungannya?, boleh tidak saya dapat printout penjualan?” dan lain sebagainya. Penghitungan komisi yang begitu sederhana menjadi sangat rumit baginya, hingga perlu menanyakan ”bagaimana hitung-hitungannya?” :-)
Tentunya situasi tersebut sudah biasa kita hadapi di accounting.
Sales Quality Analysis
Ilustrasi di atas, adalah schema sederhana, dan yang bertanya adalah sales.
Bagaimana jika yang bertanya adalah Pak Direktur Utama?
”Ehem..ehem! (berusaha mengatur tekanan suara supaya mirip direktur) ”Bagimana penjualan kita bulan ini?”.
Pertanyaan pak dirut ini hampir sama dengan pertanyaan dari bagian sales, nyaris sama. Tetapi jika anda jeli, pertanyaan ini susungguhnya sangat berbeda.
Apakah anda akan memberikan jawaban yang sama (total penjualan + komisi)? Atau total penjualan saja?
Jika posisi anda masih clerk atau maksimal bookkeeper, mungkin jawaban sederhana (total penjualan lawan komisi saja) bisa dimaklumi. Tetapi jika posisi anda lebih tinggi dari itu dan anda memberikan jawaban yang sama, percayalah mungkin sampai dua tahun lagi, career anda akan tetap di posisi yang sekarang.
Lalu jawaban apa sebenarnya yang diharapkan oleh seorang direktur utama, tentang sales?.
Pertanyaannya lumayan jelas ”Bagaimana penjulan kita bulan ini?”, diawali dengan kata bagaimana (how?) bukan ”berapa”. So jawabannya jelas bukan total penjualan, melainkan ”good/okay/worst”.
Itu saja? tentu tidak, seharusnya diikuti dengan alasan mengapa good, mengapa okay, mengapa worst. Atau lebih tepatnya lagi: how good it is or how worst it is.
Tidak hanya sekedar total penjualan yang ingin diketahui, tetapi yang jauh lebih penting dari sekedar angka (saldo) pada rekening, yaitu : Sales Quality (kwalitas penjualan).
Bagaimana mengukur suatu penjualan apakah itu bagus atau tidak?
Jawabannya adalah : Quality Of Sales Ratio (QOSR).
Bagaimana menghitungnya? it's somewhat simple:
Total Sales periode 01 s/d 30 June 2008 = Rp 100,000,000
Tetapi cash yangbaru diterima baru Rp 40,000,000
Mengapa cash diterima (Cash Received) yang menjadi ukuran?
Ukuran quality dari revenue (yang dalam hal ini adalah sales) selalu ”Liquidity Level” atau “Tingkat Likwiditas”. Yang artinya, seberapa besar sales tersebut bisa direalisasikan menjadi cash. Sekaligus mengetahui seberapa besar potensi resikonya.
Apa resiko dari suatu sales? Ketertagihannya!. Good Debt atau Bad Debt.
Seberapa besar cash yang diterima dibandingkan dengan total sales, itulah liquidity levelnya. Meskipun memang dalam Balance Sheet, piutang (Account Receivable) itu tergolong Current Asset yang lumayan liquid tetapi belum cukup liquid dibandingkan dengan cash.
Perlu disadari bahwa sangat mungkin dari sekian total sales yang masih nyangkut di rekening Account Receivable (dari contoh di atas Rp 60,000,000 masih berstatus AR) tidak bisa ditagih, atau tertagih tetapi jangka waktu realisasinya sangat lama hingga melewati production turnover. Atau tertagih tetapi tidak semuanya.
Catatan: Khusus mengenai analisa piutang kita akan bahas di topic lain.
Okay, mungkin diantara anda ada yang ingin bertanya: “so what is the good percentage?, berapa prosentase QOSR yang bagus?”, jawabannya tergantung:
[-]. Berapa lamanya production turnover
[-]. Berapa Besarnya Net Earning pada periode yang sama.
Lain kali kita akan bahas analisa terintegrasi mengenai Income Quality dan Sales quality. Untuk saat ini cukup itu dahulu.
Advancement Sign!
Mau mendapat better point lagi di mata pak dirut? Mau cepat naik gaji/career? :P just kidding. Maksud saya: "mau memberikan jawaban yang lebih berkwalitas lagi kepada pak dirut?".
Okay, tambahkan jawaban tadi dengan “Trend analysis”.
Caranya?
Caranya, mudah:
(QOSR Jan+Feb+March+April+May)/5 dibandingkan dengan QOSR bulan june 2008. Naik atau turun? Jika naik berapa persen kenaikannya?, jika turun berapa persen penurunanya?.
Saya rasa saya tidak perlu jelaskan bagaimana mencari prosentase kenaikan atau penurunan tersebut, bukan?.

Jun 8, 2008
Archiving Management – Accounting Must know!

[1]. Accounting mengelola data-data keuangan.
Data keuangan adalah confidential dan sensitive. Harus dimaintain dengan sangat serius. Bisa anda bayangkan jika tiba-tiba computer server anda mengalami crasshed. Semua data hilang dan un-retrieveable.
[2]. Accounting adalah bank data bagi department lain.
Di banyak perusahaan kecil dan menengah, accounting biasanya menjadi tempat satu-satunya penyimpanan digital data. Termasuk data-data dari bagian/seksi lain.
Berikut ini adalah tips archiving management bagi accounting
Urgent: Back Up Data Anda!
So membuat back-up data bagi accounting dept adalah wajib hukumnya. Mem-back-up data adalah bagian dari archiving management.
Berapa kali anda biasanya mem-back-up data? Setiap hari, seminggu sekali? Atau sebulan sekali!.
Untuk data accounting saya mewajibkan staff mem-back-up-nya setiap hari (perior to the end of the working day). Sedangkan data dari bagian-bagian lain, boleh di back-up seminggu sekali.
Simpan data archive anda di external harddisk
Menyimpan back-up (arsip) data masih dicomputer (desktop/notebook) yang sama, itu tindakan yang tidak pintar. Mengapa? Tujuan anda menyimpan arsip adalah untuk dibuka dikemudian hari jika data asli-nya hilang. Jika data aslinay selalau available (tersedia) anda tidak perlu arsip bukan? Data asli hilang hanya jika disk penyimpananya rusak bukan. Nah, jika anda menyimpan back-up data di compute (hardisk) yang sama, artinya back-up anda juga ikut hilang, bukan?. So, sia-sia, bukan?
Simpan external harddisk anda di luar kantor
Menyimpan data di external hard-disk anda di kantor, itu ke-tidak-pintaran kedua (alias the second mistake), :-), why?
Bagaimana jika terjadi force-majeur (terbakar, kebanjiran, tsunami, huru-hara, dll)?. So, simpanlah back-up data anda di luar kantor (bisa di rumah), intinya di lokasi yang terpisah dari lokasi data aslinya. Seharusnya jarang ada kemungkinan terjadi force majeur di du alokasi yang berbeda. Mungkin itu a great-great force majeur yang sangat luas, kecuali tempat tinggal anda ada di lantai atas ruko yang anda fungsikan sebagai kantor :-P
Write your file name in smart way
Memberi nama file, kesannya tidak perlu aturan, tidak perlu tac-tic atau prosedur. Bisa beri nama file suka-suka kita. Kadang diberi nama kas, kadang diberi nama cash, kadang diberi nama cash-liana (liana nama pacar-nya). Sungguh itu anggapan yang keliru.
Bisa anda bayangkan jika anda perlu membuka file 2 atau 3 tahun yang lalu dari back-up data (arsip). Alangkah bingungnya, haru smembuka file satu persatu.
Tips:
Selalu pergunakan nama file dengan sebuah kombinasi hurup dan angka:
[-]. Hurup: pergunakan satu kata yang mewakili category file (misalnya: file Piutang, category-nya: Piutang, atau di singkat PIU), atau nama vendor jika itu vendor ledger.
[-]. Angka: selalu pergunakan YYMMDD (Tahun+Bulan+Tanggal)
Contoh:
Mengapa perlu ribet seperti itu? Disinilah trick-nya: dengan nama file seperti itu, jika suatu hari nanti anda ingin membuka file, maka file akan tersusun berdasarkan hurup lalu angka yang di belakangnya, karena anda menggunakan tahun+bulan+tanggal otomatis pasti berurut secara teratur.
Mungkin anda mau mengatakan: bukankah waktu dibuka dengan explorer, bisa atur “view” menggunakan detail dan disana pasti kelihatan tanggal arsipnya”?
Oh ya, tetapi yang muncul di sana adalah “Last modified” bukan tanggal saat pertama kali disimpan. Iya tidak?
Singkirkan File Duplicate dan File Tak Berguna
Jangan biarkan harddisk anda dijejali oleh file-file ganda (duplicate), sempatkanlah selalu melakukan house-keeping untuk memberishkan dan merapikan file-file anda di hard-disk. Disamping untuk mengurangi space, file duplicate juga bisa menimbulkan kebingungan.
Bagaimana mengetahui file duplicate atau tidak?
Tips: Mencari file duplicate (ganda)
Buka harddisk anda dengan explorer, secara default explorer akan mengurut nama file berdasarkan nama (bukan tanggal), file yang namanya sama atu mirip tentu berawalan dengan character (huruf/angka) yang sama. Jika ada yang sama (atau mirip), periksalah dengan membuka properties-nya.
Caranya: Bandingkan kedua file yang sama (mirip) namanya dengan cara meng-click kanan nama file (icon-nya), lalu pilih properties, lihat type file-nya sama atau tidak?, jika sama, lalu periksa ukuran filenya, sama atau tidak?, jika sama berarti perlu dibuka. Jika isinya sama, ukuran file sama, berarti itu pasti duplicate, berarti anda berani menghapus salah satu (tinggalkan satu file saja).
Jika file sama, tetapi ukuran file berbeda, yang mana yang sebaiknya dihapus?, hapus file yang ukurannya lebih kecil, karena yang ukurannya lebih besar berarti itu updated file.
Compress Arsip Anda sebelum disimpan
Sadarkah anda, bahwa makin lama disk space anda semakin sedikit dipenuhi oleh arsip (back-up data). Akan dikemanakan arsip data anda?
Untuk mengatasi disk space, cara yang paling mudah anda lakukan adalah dengan melakukan compression sebelum menyimpannya. Baru kemudian disimpan di external harddisk.
Sediakan beberapa “Archive Utilities”
Disamping anda perlu compressor utilities untuk mengcompress file (agar menjadi lebih kecil), anda juga membutuhkan pembuka (extractor), ya saya tahu archive utilities aotomatis berfungsi kedua-duanya (bisa meng-compress sekaligus bisa menng-extract)
Cukupkah dengan winzip saja? Jawabannya: relative. Bisa iya cukup, bisa tidak, tergantung:
[-]. Jenis file apa saja yang mau di compress atau di extract.
[-]. Seberapa besar arsip yang hendak anda compress atau extract?
Yang jelas, ada banyak archive utilities saat ini. Dua archiver utilities berikut ini tergolong archive utilities generasi baru (setelah winzip):
[1]. jZip And IZArc are two powerful and reliable compression utilities.
Adapun keunggulan archive utilities ini adalah:
[-]. Membuat zip file yang compatible
[-]. Bisa membuka (unzip) banyak jenis “Zip file” archives
[-]. Mensupport jenis format archive lain (e.g.: TAR, GZip and RAR)
[-]. Compression ratio lebih tinggi
[-]. Bisa melakukan compress file dengan lebih cepat
Jika anda ingin memiliki-nya, download disini: [[Download]]
Oh ya, yang sudah mendownload “Daily Planner Journal” tetapi tidak bisa extract (un-zip) karena tidak memiliki WinRAR, anda bisa extract menggunakan utilities ini.
Caranya: Click kanan file-nya yang masih ter-zip, lalu pilih “extract using IZArc”, jika sudah terbuka, cari file yang ber-extensi “.exe” lalu eksekusi. No register ada di file “linezero.txt (notepad). Buka file tersebut, catat, lalu masukkan no register saat diminta nanti. Mudah-mudahan berhasil di install.
[2]. WinRAR
Okay, utilitities kedua ini adalah penerus-nya winzip. Juga sangat bagus, provides complete support for RAR and ZIP 2.0 archives and is able to unpack ARJ, LZH, TAR, GZ, ACE, UUE, BZ2, JAR, ISO, Z, 7Z archives.
Nah WinRAR bahkan bisa un-zip (un-pack) jenis file CAB ini.
Jika anda ingin memilikinya, download disini: [[Download]] Password: pwso
Mudah-mudahan archiving management anda mulai hari ini akan lebih bagus, dan tips serta utilities yang saya share berguna.
Jun 4, 2008
Repair Atau Beli Baru? - Controlling
Tidak di rumah tidak di kantor kita sangat sering dihadapkan dengan pilihan itu. Gampang-gampang susah.
Ketika notebook atau desktop top kita rumah mulai rewel, kita harus mengambil keputsan apakah perbaiki saja atau beli baru sekalian. Apabila itu untuk keputusan untuk barang yang nilainya relatif kecil, mungkin dengan mudah kita bisa mengambil keputusan (beli baru saja, daripada repot). Begitu juga jika barang itu tidak terlalu kita butuhkan, maka dengan mudah juga kita bisa memutuskan untuk tidak usah membeli dan tidak usah repair.
Di kantor, meskipun itu bukan harta pribadi kita, sebagai orang accounting tidak jarang dilibatkan untuk urusan seperti itu. Terlebih-lebih jika anda seorang decision maker di bagian Accounting & Finance. Anda dituntut bisa mengambil keputusan yang tepat.
Mengapa di quiz saya memakai mesin photo copy sebagai contoh? Karena memang mesin photocopy kedudukannya di kantor termasuk unique:
[-]. Nilainya tergolong material.
Tidak diragukan lagi, mesin photocopy tidak lah murah. Dan keputusan belanja untuk barang yang nailianya material memang tidak mudah (tidak boleh sembarang beli).
[-]. Disisi lain, fungsi nya hanya sebagai pendukung kelancaran operasional perusahaan. Sangat berbeda dengan mesin atau peralatan produksi (yang berfungsi sebagai mesin/pelaralatan utama penghasil product/jasa).
[-]. Disi lainnya lagi, bagi perusahaan yang skalanya menengah atau besar (dengan tingkat aktifitas admin yang tinggi) akan sangat terganggu jika harus tanpa mesin photocopy, apalagi jika selama ini sudah biasa menggunakan inhouse copier machine. Sehari saja mesin photocopy mogok, dijamin kantor pasti sudah gaduh, banyak complain. Bahkan mogoknya mesin photo copy bisa dijadikan alasan atas keterlambatan suatu proses tertentu.
Terlambat antisipasi bisa menimbulkan masalah yang serius. Bagi rekan-rekan diluar bagian accounting dan keuangan, tentu tidak mau tahu ”pokoknya saya tidak mau terhambat gara-gara mesin photocopy mogok, itu konyol!”.
Memang konyol. Itulah sebabnya sering-sering saya katakan; kita sebagai orang accounting dan keuangan tidak cukup hanya bisa mennghitung dan menjurnal saja. Tidak cukup hanya bisa membuat buku menjadi balance saja. Perlu meningkatkan kemampuan dalam analytical roles, dan yang tak kalah pentingnya adalah menempa dan mengasah diri untuk terampil dalam pengambilan keputusan. Jangan sampai S1 akuntansi kita diragukan.
Di sinilah kompetensi dan capability kita sebagai orang accounting dan keuangan diuji.
Dari jawaban quiz yang disampaikan, saya bisa melihat teman-teman disini sudah tahu musti bagaimana kalau menghadapi kasus serupa itu.
Tetapi saya merasa perlu untuk menyajikannya dalam bentuk get—it—done:
Apa perlu melihat nilai bukunya? Tidak untuk saat ini. Nilai buku perlu dilihat nanti pada waktu mencatatnya. Sekarang kita akan mengambil keputusan repair atau beli baru.
Hal-hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Dapatkan perbandingan estimasi perkiraan pengeluaran antara memperbaiki dengan membeli baru, dengan nilai yang sudah paling rendah yang bisa di dapat.
Ini hanya bisa dipastikan, jika telah menggunakan minimal 3 supplier berbeda.
Misalnya: Mesin baru
Dealer (Toko) B, Canon = Rp 14,000,000
Delaer (Toko) C, Sharp = Rp 14,500,000
Bagaimana membandingkannya?, cukup dari harga per unit saja? Tidak. Rasanya saya sudah pernah bahas di artikel lain. Tapi in term dengan copier machine mungkin ada perlunya saya bahas lagi.
Basic-nya adalah depreciation. Tetapi hati-hati, menganalisis usage cost mesin photo copy tidak seperti menyutkan bangunan. Penyusutan mesin photo copy adalah a combination:
Bagaimana caranya membagi porsi yang menggunakan gari slurus dengan production output?
Caranya mudah: pada saat meminta penawaran harga unit mesin baru, sekaligus minta penawaran spare-part lengkap dengan specifikasi dan kapaisatnya (1 part harganya berapa, mampu menghasilkan berapa lembar copy). Jumlahkan semua nilai spare-part-nya dibagi dengan kapasitas (jumlah lembar yang mampu dihasilkan). Maka sudah mendapat cost yang harus dialokasikan.
Bagaimana dengan yang disusutkan dengan metode garis lurus?
Misalnya:
Toko A, Xerox = Rp 15,000,000,
Total nilai sparepart Rp 3,500,000 (kapasitas 25,000 lembar)
Maka:
Porsi yang menggunakan metode garis lurus adalah=
Sedangkan spare-partnya dihitung dengan cara:
Rp 3,500,000/25,000 = Rp 140/lembar
Bagaimana menyatukan kedua metode yang berbeda tadi?
Metode garis lurus di-convert ke Unit production output, dengan cara:
Lakukan estimasi; berapa lembar kebutuhan photo copy selama satu bulan?, katakanlah 15,000 lembar.
So total usage cost per lembar untuk Xerox dari took A =Rp140+13 = Rp153/lembar
Dengan menjumlahkan semuanya, maka sudah mendapat usage cost per lembar untuk mesin xerox dari Toko A.
Lakukan hal yang sama terhadap penawaran dari toko B dan C. Dari sana akan diperoleh mesin merk apa (dari toko mana) yang usage cost per lembarnya paling rendah. Let say toko C.
Selanjutnya tinggal mencari perbandingan perkiraan pengeluaran jika mesin di repair (minimal dari 3 technician juga), perkiraan biaya untuk repair dibagi dengan kapasitas sparepar.
Barulah terakhir dibandingkan antara ”jika diperbaiki” dengan ”jika beli baru”. Jika ternyata perbaikan (repair) lebih efisien berarti sudah tidak ada masalah, tinggal di repair saja. Tetapi jika ternyata membeli baru jauh lebih effisien, maka ukur persediaan cash terlebih dahulu, jangan sampai photocopy lancar, tetapi tidak bisa beli raw material karena dana dialokasikan untuk membeli copier baru. Mudah-mudahan, jika terjadi kasus yang sama di masa-masa yaang akan datang, anda sudah bisa menganalisis-nya dengan cermat mengenai perlakuan (pencatatan dan pelaporan silahkan baca Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap.
Jun 3, 2008
Updated Determinasi Cost & Expense
Determinasi Cost dan siklusnya
Seperti telah saya sampaikan di Determinasi Cost & Expense – Terapan, bahwa suatu expenditure (pengeluaran) disebut "Cost" apabila atas pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu yang nantinya bisa mendatangkan cash atau potensi cash kembali. Kembalinya cash bisa dalam jangka pendek (misalnya: inventory, contoh: pembelian baut oleh toko bangunan atau pembelian polo shirt oleh anda), atau dalam jangka panjang (misalnya: aktiva tetap, contoh: pembelian piano).
Common issue yang membuat pemahan tentang cost menjadi terpenggal (tidak utuh) adalah ”Siklus perubahan dari cash kembali ke cash”. Mohon dibaca baik-baik kalimat di bawah ini:
”..........untuk memperoleh sesuatu yang nantinya bisa mendatangkan cash atau potensi cash kembali”
Warning!: Ini bukan persoalan main kalimat atau kata-kata, most of us from ”Economic” bukan orang-orang linguistic yang ahli dalam bermain kalimat (kata). Sengaja saya bahas kalimat ini, merely supaya jangan sampai menimbulkan salah persepi dan membingungkan, agar kita benar-benar memperoleh pemahaman yang jelas dan mantap (neither ambigous nor bias).
[a]. Untuk memperoleh sesuatu yang nantinya mendatangkan cash.
Dari kalimat ini jelas ada siklus dari cash hingga menjadi cash kembali. Siklus-nya seperti ini:
Tentu anda sudah tahu, asset itu bisa bermacam-macam: bisa piutang, persediaan, aktiva tetap atau aktiva laib-lain. So, perubahan dari asset untuk kembali lagi ke cash itu bisa memakan waktu lama (karena melalui siklus yang panjang) atau bisa jadi pendek.
Misalnya:
Anda mengeluarkan Cash (asset) Rp 100,000 untuk membeli bahan baku (inventory=asset), dari bahan baku dijadikan barang dalam proses (another asset), dari barang dalam proses kemudian dijadikan barang jadi (inventory=asset), dari barang jadi dijual ke customer menjadi piutang (another asset), dari piutang baru menjadi cash (asset). Maka pengeluaran untuk membeli bahan baku tadi adalah Cost.
atau:
Anda membayar buruh, buruh menghasilkan barang setengah jadi (inventory=asset), dan seterusnya seperti yang di atas hingga menjadi cash.
Atau siklus pendek:
Anda membeli barang jadi (inventory), kemudian anda jual kembali dan menghasilkan cash (sales term: cash on delivery).
Selanjutnya, penggalan kalimat yang kedua....................
[b].Untuk memperoleh sesuatu yang nantinya berpotensi mendatangkan cash.
Critical point (jangan sampai anda terkecoh):
Kalimat pada pint [b] di atas yang mengenadung kata “potensi” sangat jelas (potensi=expected=diharapkan) jelas mencerminakan bahwa “bisa jadi cost tidak menghasilkan cash kembali”. Pada saat itulah terjadi “LOST” atau “KERUGIAN” (dan diakui sebagai lost/kerugian). It is a lost!
Misalnya:
Anda membeli raw material, ternyata raw materialnya terbakar atau hilang, atau setelah diproses ternyata product yang dihasilkan gagal (rusak). It is another lost!
Atau:
Anda membeli barang jadi (inventory), lalu anda jual, ternyata buyer (customer) tidak mau membayar (bad debt). It is lost as well!.
How about Expense?
Determinasi Expense dan Siklusnya.
Expense apabila atas pengeluaran tersebut dipergunakan untuk memperoleh sesuatu yang tidak menghasilkan atau berpotensi menghasilkan cash kembali.
Batasan ini tidak berarti bahwa atas expense yang terjadi tidak akan menghasilkan apa-apa. Tentu saja menghasilkan sesuatu. Hanya saja hasilnya bukan asset atau cash kembali, melainkan hanya support, yaitu manfaat yang bisa memperlancar operasional perusahaan.
Critical point (don’t let this fool ya!):
Batasan inilah yang terkadang bisa stretch (deutch:molor) hingga mengaburkan, bahkan bisa menimbulkan kebingungan. Pada dasarnya, tidak ada satu pun perusahaan yang mau melakukan pengeluaran (baik yang berupa cost maupun expense) untuk sesuatu yang sama sekali tidak bermanfaat (read:manfaat ekonomis).
Misalnya:
Perusahaan membeli kertas photocopy. Ini hádala expense. Apakah kertas ini tidak memberikan manfaat?. Bukankah kertas ini nantinya akan membuat bagian penagihan bisa membuat debit note, dan dari debit note tersebut bisa menghasilkan cash?.
atau:
Perusahaan membeli kerupuk untuk perlombaan makan kerupuk pada tanggal 17-August. Ini adalah expense. Apakah itu tidak bermanfaat? Bukankah dengan adanya perayaan 17-August bisa menimbulkan keakraban pegawai, bisa memupuk kerjasama, membentuk a solid teamwork, dan akhirnya bisa meningkatkan produktifitas perusahaan, sehingga keuntungan meningkat?
Jawabannya adalah ”Yes, they are all great support for the company!” but….
Artinya, semua itu memang memberi manfaat bagi kelancaran dan kelangsungan usaha, akan tetapi manfaat yang dihasilkan “TIDAK MEMPENGARUHI ATAU DIPENGARUHI OLEH OUTPUT PRODUCT/JASA PERUSAHAAN MAUPUN REVENUE PERUSAHAAN“. Itulah batasan manfaat atas suatu expense.
Seperti contoh di atas, pembelian kertas photo copy atau pembelian kerupuk untuk lomba 17-august, meskipun memberi manfaat akan tetapi samasekali tidak berpengaruh terhadap dan juga tidak mempengaruhi output product atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
So, how about the "young-professional marketer-lady"?