Kata "policy", sekilas konotasinya mirip-mirip kata "police/polisi" atau "politic/politik", dan semua itu terdengar menyeramkan, mengekang dan menekan. Setidak-tidaknya, policy and procedure bisa menimbulkan kesan sesuatu yang akan menghambat dan memperlambat. Konotasi dan persepsi itu ada benarnya, jika policy yang dibuat tidak mengikuti rytme perusahaan, jelas itu akan menjadi pengahmbat, menjadi birokrasi yang tidak penting.
Tetapi, jika anda membuat kebijakan yang tepat, justru kebijakan yang anda buat malah mendukung, menopang, dan menaikkan productifitas perusahaan. Meningkatkan value added, sekaligus menjadi pencegah kebocoran dan pemborosan. Bagaimana caranya?
Segala sesuatu yang berisi kata "policy (kebijakan)" terdengar agak sakral. Sesuatu yang taboo untuk diubah. Kenyataannya, operasional perusahaan berjalan begitu dynamic, mengikuti tumbuh kembangnya perusahaan, market competitiveness, global trend yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Benarkah credit policy tidak boleh diubah?
Bukan hanya sekedar berbicara bagaimana sebuah credit policy sebaiknya di set, tetapi saya juga memberikan panduan bagaimana membuat kebijakan kredit (credit policy). Sebagai tambahan saya akan post satu contoh credit policy (kebijakan kredit) yang mungkin bisa dijadikan sebagai reference. Posting selengkapnya ada di blog saya yang baru (Accounting, Financial, Taxation yang baru), jika anda tertarik anda bisa baca melalui link ini: Receivable Control: Credit Policy (Kebijakan Kredit).
calculator yang bagus dan bisa mendapatkannya
ReplyDelete