Pada perusahaan manufaktur atau industri, penggunaan bahan baku dan bahan penolong sudah pasti ada. Sebagian besar sumberdaya perusahaan teralokasi di kelompok ini. Transaksi didominasi oleh post “Bahan Baku (Raw Material)” dan “Bahan Penolong (Component)”.
Bagi yang baru saja memasuki akuntansi untuk manufaktur, menentukan suatu pengeluaran dikelompokkan ke post BAHAN BAKU atau BAHAN PENOLONG, mungkin menjadi kesulitan tersendiri. Masalh serupa bahkan mungkin juga dialami oleh mereka yang sudah memiliki pengalaman di manufaktur tetapi baru saja memasuki sebuah perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berbeda dari perusahaan sebelumnya.
Untuk jenis industri perakitan, menentukan post bahan baku atau bahan penolong bukanlah suatu masalah.. Karena diantara kedua jenis post tersebut bisa dibedakan dengan mudah. Hal yang sama juga mungkin dialami oleh industri-industri yang memproduksi barang yang terbuat dari bahan baku tunggal. Misalnya : Pabrik tepung, pabrik semen, dll.
Unlike perusahaan-perusahaan yang membuat produk yang item variance-nya banyak, dan menggunakan bahan baku & bahan penolong yang banyak macamnya pula. Menentukan suatu pengeluaran ke post Bahan Baku atau Bahan Penolong menjadi kesulitan tersendiri.
Contoh Kasus 1 :
Perusahaan Garment-A memproduksi pakian rajut (knitted garment), untuk berproduksi perusahaan membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting?), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.
Masalah :
Diantara bahan-bahan yang dibeli tersebut, manakah yang tergolong “Bahan Baku” dan mana yang tergolong “Bahan Penolong” ?.
Contoh Kasus 2 :
Bagi yang baru saja memasuki akuntansi untuk manufaktur, menentukan suatu pengeluaran dikelompokkan ke post BAHAN BAKU atau BAHAN PENOLONG, mungkin menjadi kesulitan tersendiri. Masalh serupa bahkan mungkin juga dialami oleh mereka yang sudah memiliki pengalaman di manufaktur tetapi baru saja memasuki sebuah perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berbeda dari perusahaan sebelumnya.
Untuk jenis industri perakitan, menentukan post bahan baku atau bahan penolong bukanlah suatu masalah.. Karena diantara kedua jenis post tersebut bisa dibedakan dengan mudah. Hal yang sama juga mungkin dialami oleh industri-industri yang memproduksi barang yang terbuat dari bahan baku tunggal. Misalnya : Pabrik tepung, pabrik semen, dll.
Unlike perusahaan-perusahaan yang membuat produk yang item variance-nya banyak, dan menggunakan bahan baku & bahan penolong yang banyak macamnya pula. Menentukan suatu pengeluaran ke post Bahan Baku atau Bahan Penolong menjadi kesulitan tersendiri.
Contoh Kasus 1 :
Perusahaan Garment-A memproduksi pakian rajut (knitted garment), untuk berproduksi perusahaan membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting?), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.
Masalah :
Diantara bahan-bahan yang dibeli tersebut, manakah yang tergolong “Bahan Baku” dan mana yang tergolong “Bahan Penolong” ?.
Contoh Kasus 2 :
Perusahaan Garment-B memproduksi ladies’s gawn, membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang jahit, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting?), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.
Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama di atas.
Contoh Kasus 3 :
Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama di atas.
Contoh Kasus 3 :
Perusahaan Garment-C memproduksi accessories dan sandal, membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang jahit, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting?), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.
Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama & kedua di atas.
Untuk menentukan apakah tergolong ke dalam bahan baku atau bahan penolong, apakah dilihat dari porsi penggunaannya ?. atau dari nilai-nya (material/immaterial) ?
Determinasi Bahan Baku (Raw Material) atau Bahan Penolong (Component)
Untuk mendeterminasi, apakah suatu bahan tergolong bahan baku atau bahan penolong, hendaknya dilihat dari kedudukan fungsi (peranan) dari masing-masing bahan tersebut di dalam proses produksi.
Kriteria Bahan Baku :
(-) Dilihat dari fungsinya : jika tanpa bahan ini, barang tidak akan jadi atau tidak akan berfungsi samasekali.
(-) Dilihat dari porsi penggunaannya : Porsi penggunaan bahan ini dominant dibandingkan bahan yang lain.
Kriteria Bahan Penolong :
(-) Dilihat dari fungsinya : tanpa bahan ini, produk akan tetap bisa diselesaikan, hanya saja jadinya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, atau fungsinya tidak sempurna.
(-) Dilihat dari porsi penggunaannya : bahan ini hanyalah porsi kecil dari keseluruhan bahan yang dipakai.
Penjelasan Contoh kasus :
Bagi Garment-A (memproduksi pakaian rajut), tanpa benang, pakian rajut tidak akan jadi, dan benang menduduki porsi terbesar dalam penggunaannya. Maka benang tergolong bahan baku. Tanpa kain, barang masih bisa diselesaikan, kain hanya dibutuhkan untukmembuat aplikasi-aplikasi kecil (hiasan) yang akan menghiasi pakian rajut yang akan dihasilkan. Maka bagi Garment-A, kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong, sequin, dan beads pun digolongkan ke dalam bahan penolong, karena tanpa sequin atau beads, pakian rajut masih tetap bisa menjadi pakian.
Bagi Garment-B, benang bukanlah bahan utama, diperguanakan hanya dalam porsi yang sedikit dibandingkan kain. Tanpa kain, gawn tidak akan jadi. Maka bagi garment-B, Kain dikelompokkan ke dalam Bahan Baku, sedangkan benang, sequin maupun beads hanya merupakan bahan penolong.
Bagi Garment-C, benang maupun kain hanya menduduki porsi terkecil dari keseluruhan bahan yang dipakai, maka benang maupun kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong. Tanpa sequin dan beads, accessories maupun sandal yang akan dibuat tidak akan jadi, oleh sebab itu, bagi Garment-C, sequin dan beads merupakan bahan baku.
Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama & kedua di atas.
Untuk menentukan apakah tergolong ke dalam bahan baku atau bahan penolong, apakah dilihat dari porsi penggunaannya ?. atau dari nilai-nya (material/immaterial) ?
Determinasi Bahan Baku (Raw Material) atau Bahan Penolong (Component)
Untuk mendeterminasi, apakah suatu bahan tergolong bahan baku atau bahan penolong, hendaknya dilihat dari kedudukan fungsi (peranan) dari masing-masing bahan tersebut di dalam proses produksi.
Kriteria Bahan Baku :
(-) Dilihat dari fungsinya : jika tanpa bahan ini, barang tidak akan jadi atau tidak akan berfungsi samasekali.
(-) Dilihat dari porsi penggunaannya : Porsi penggunaan bahan ini dominant dibandingkan bahan yang lain.
Kriteria Bahan Penolong :
(-) Dilihat dari fungsinya : tanpa bahan ini, produk akan tetap bisa diselesaikan, hanya saja jadinya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, atau fungsinya tidak sempurna.
(-) Dilihat dari porsi penggunaannya : bahan ini hanyalah porsi kecil dari keseluruhan bahan yang dipakai.
Penjelasan Contoh kasus :
Bagi Garment-A (memproduksi pakaian rajut), tanpa benang, pakian rajut tidak akan jadi, dan benang menduduki porsi terbesar dalam penggunaannya. Maka benang tergolong bahan baku. Tanpa kain, barang masih bisa diselesaikan, kain hanya dibutuhkan untukmembuat aplikasi-aplikasi kecil (hiasan) yang akan menghiasi pakian rajut yang akan dihasilkan. Maka bagi Garment-A, kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong, sequin, dan beads pun digolongkan ke dalam bahan penolong, karena tanpa sequin atau beads, pakian rajut masih tetap bisa menjadi pakian.
Bagi Garment-B, benang bukanlah bahan utama, diperguanakan hanya dalam porsi yang sedikit dibandingkan kain. Tanpa kain, gawn tidak akan jadi. Maka bagi garment-B, Kain dikelompokkan ke dalam Bahan Baku, sedangkan benang, sequin maupun beads hanya merupakan bahan penolong.
Bagi Garment-C, benang maupun kain hanya menduduki porsi terkecil dari keseluruhan bahan yang dipakai, maka benang maupun kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong. Tanpa sequin dan beads, accessories maupun sandal yang akan dibuat tidak akan jadi, oleh sebab itu, bagi Garment-C, sequin dan beads merupakan bahan baku.
Dengan determinasi dan contoh kasus diatas, saya yakin anda tidak akan kesulitan lagi untuk menentukan jenis bahan mana saja yang hendaknya digolongkan ke dalam Bahan Baku, dan bahan yang mana yang seharusnya digolongkan ke dalam kelompok bahan penolong. Apapun jenis industri-nya, apapun jenis bahan baku yang dipakai, apapun produk yang akan dihasilkan.
No comments:
Post a Comment
Feel free to leave a comment :)